CITRUS WATCH: TIM PROTEKSI TANAMAN UNIB EDUKASI PETANI JERUK REJANG LEBONG UNTUK KENDALIKAN HAMA DAN PENYAKIT

CITRUS WATCH: TIM PROTEKSI TANAMAN UNIB EDUKASI PETANI JERUK REJANG LEBONG UNTUK KENDALIKAN HAMA DAN PENYAKIT

Rejang Lebong, Bengkulu – Penurunan produksi jeruk di Kabupaten Rejang Lebong dalam beberapa tahun terakhir menjadi perhatian serius kalangan akademisi. Berdasarkan data BPS (2024), produksi jeruk turun dari 30.239 ton pada tahun 2022 menjadi 23.355 ton pada tahun 2023. Produktivitas per pohon juga mengalami penurunan, dari 237,32 kg menjadi 188,30 kg per pohon.

Salah satu penyebab utama penurunan tersebut adalah meningkatnya serangan hama dan penyakit, terutama Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) atau Huanglongbing (HLB), serta serangan lalat buah. Hasil identifikasi molekuler menggunakan teknik PCR yang dilakukan oleh tim Universitas Bengkulu menunjukkan adanya tanaman jeruk positif CVPD/HLB di salah satu kebun di Desa Suku Menanti. Temuan ini menjadi laporan molekuler pertama yang mengonfirmasi keberadaan penyakit tersebut di Provinsi Bengkulu.

Menanggapi kondisi ini, tim dosen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian bersama Ilmi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNIB melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui Program Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Batch III Tahun Anggaran 2025 yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Program bertajuk “Citrus Watch: Edukasi Petani dan Penerapan Pengendalian Terpadu terhadap Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk di Sentra Hortikultura Rejang Lebong, Bengkulu” ini diketuai oleh Dr. Yenny Sariasih, S.P., M.Sc., dengan anggota Dr. Sempurna Ginting, S.P., M.Si. dan Alimansyah, S.IP., M.PA.

Melalui program ini, tim Citrus Watch melakukan serangkaian kegiatan edukasi dan pendampingan teknis kepada petani jeruk di Desa Sumber Urip dan Desa Karang Jaya. Kegiatan mencakup pelatihan pengenalan hama dan penyakit menggunakan buku saku, pemasangan yellow trap untuk memantau populasi hama dan vektor, serta pemasangan perangkap lalat buah di enam kebun petani mitra. Program ini juga melibatkan kelompok petani milenial “Pemuda Rukun”, yang menjadi motor penggerak budidaya jeruk di kawasan tersebut.

Selain pelatihan teknis, tim turut membantu penanaman 100 bibit jeruk sehat dengan sistem tumpangsari, serta mendorong penggunaan pupuk kandang dan pupuk hayati biofosfat yang mengandung mikroba bermanfaat. Petani dilatih untuk melakukan monitoring populasi hama secara mandiri dengan mencatat hasil tangkapan perangkap dan melaporkannya pada papan pemantauan yang disiapkan tim. Pemantauan dilakukan empat kali selama program berjalan, dengan hasil awal menunjukkan tren penurunan populasi hama dan peningkatan kesadaran petani terhadap pentingnya Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Dr. Yenny Sariasih menyampaikan bahwa program ini tidak hanya menekan serangan hama dan penyakit, tetapi juga menumbuhkan kesadaran petani akan pentingnya praktik pertanian yang sehat dan berkelanjutan.

Melalui Citrus Watch, petani jeruk di Rejang Lebong kini semakin siap mengelola kebunnya secara mandiri, mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia, serta menjaga keberlanjutan produksi jeruk di daerah hortikultura unggulan Provinsi Bengkulu ini. 

Citrus Watch Squad, tim Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) DPPM Universitas Bengkulu Tahun 2025, berkolaborasi dengan para petani mitra dari Kelompok Tani Pemuda Rukun dalam upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman jeruk di Kabupaten Rejang Lebong.

 

Kegiatan dilanjutkan dengan serah terima bibit jeruk sehat, lembaran perangkap kuning (yellow trap), perangkap lalat buah, serta buku saku identifikasi hama dan penyakit dari Tim PKM DPPM UNIB 2025 kepada petani mitra “Pemuda Rukun” sebagai bentuk dukungan terhadap penerapan pengendalian hama terpadu di lapangan.

Sejumlah yellow trap dan perangkap lalat buah juga telah dipasang di kebun petani mitra untuk membantu pemantauan populasi hama dan vektor penyakit secara berkala.