PENGEMBANGAN INOVASI PUPUK ORGANIK UNTUK PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN  

DI  DESA TANGSI DUREN

KECAMATAN KABAWETAN

KABUPATEN KEPAHIANG

Oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat

Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu :

Dr. Reflis, S.P., M.Si.,  Ir. Redy Badrudin, M.M.,  Dr. Rica Denis, M.Si,   
Muhamad Dimas Putra, Vikri Cahyo Ramdana Saputro  

ABSTRAK

Harga pupuk anorganik yang terus meningkat memaksa para petani mencari alternatif lain untuk menyuplai unsur hara bagi tanamannyaPupuk Organik (Kompos) sebagai salah satu inovasi untuk mendukung pengurangan penggunaan pupuk kimia bagi tanaman dan meningkatkan kesehatan tanah dan keberlanjutan ekosistem pertanian.  Dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti kompos, pupuk kandang, dan sisa tanaman, pupuk organik mampu menyediakan nutrisi yang diperlukan tanaman tanpa merusak lingkungan. Selain itu, penggunaan pupuk organik juga mendukung praktik pertanian berkelanjutan yang menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan kesejahteraan petani.

 Telah dilaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) berupa  pelatihan pembuatan  Pupuk Organik Untuk Pertanian Ramah Lingkungan Di  Desa Tangsi Duren Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Kegiatan ini mengenalkan penerapan pertanian organik dengan pemanfaatan limbah organik  bagi petani di Desa Tangsi Duren, bertujuan untuk memperkenalkan metode pembuatan kompos sebagai alternatif Pupuk Organik.  Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah petani menyadari dan mempraktekkan pertanian organik di Kabupaten Kepahiang.

Inovasi dalam pengembangan dan penggunaan pupuk organik tidak hanya membantu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia tetapi juga meningkatkan kesehatan tanah dan keberlanjutan ekosistem pertanian.  Dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti kompos, pupuk kandang, dan sisa tanaman, pupuk organik mampu menyediakan nutrisi yang diperlukan tanaman tanpa merusak lingkungan. Selain itu, penggunaan pupuk organik juga mendukung praktik pertanian berkelanjutan yang menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Kata Kunci: limbah, pupuk kompos, pertanian organik

Analisis Situasi

Sektor pertanian hingga saat ini masih merupakan sektor yang strategis dan sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Kabupaten Kepahiang khususnya Kecamatan Kabawetan adalah di bidang pertanian. Potensi di bidang pertanian ini masih cukup tinggi dalam memberikan peningkatan pendapatan kepada masyarakat. Pendapatan ini akan lebih baik lagi jika dalam teknik budidaya pertanian idberikan sedikit sentuhan teknologi, diimbangi dengan penyediaan inovasi teknologi pertanian yang sesuai dengan kondisi biofisik, sosial dan budaya petani setempat.

Pertanian memainkan peran dalam memenuhi kebutuhan pangan global. Namun, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan telah menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan, termasuk penurunan kualitas tanah, pencemaran air, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Untuk mengatasi masalah ini, pertanian ramah lingkungan menjadi solusi yang semakin mendapat perhatian. Salah satu komponen kunci dalam pertanian ramah lingkungan adalah penggunaan pupuk organik. Pupuk organik terbuat dari bahan-bahan alami yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan.

Inovasi dalam pengembangan dan penggunaan pupuk organik tidak hanya membantu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia tetapi juga meningkatkan kesehatan tanah dan keberlanjutan ekosistem pertanian.  Dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti kompos, pupuk kandang, dan sisa tanaman, pupuk organik mampu menyediakan nutrisi yang diperlukan tanaman tanpa merusak lingkungan. Selain itu, penggunaan pupuk organik juga mendukung praktik pertanian berkelanjutan yang menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Untuk mendukung peralihan dari pupuk kimia ke pupuk organik, pendidikan dan pelatihan bagi kelompok tani sangatlah penting. Melalui bimbingan dan arahan yang tepat, petani dapat memahami manfaat dan teknik penggunaan pupuk organik secara efektif. Dengan demikian, inovasi pupuk organik tidak hanya berkontribusi pada peningkatan hasil pertanian tetapi juga pada pelestarian lingkungan.

Dosen dan Mahasiswa Fakultas Pertanian,  Universitas Bengkulu  di Desa Tangsi Duren melakukan Pengabdian Kepada Masyaakat (PkM) terkait hal ini kemudian memberikan sebuah problem solving atau pemecahan masalah berupa pembuatan pupuk organik cair berbahan dasar limbah rumah tangga berupa air bekas cucian beras yang dikombinasikan dengan bahan lain yang berfungsi menggantikan pupuk kimia untuk menyuburkan tanaman, ini merupakan salah satu program kerja utama yang dilaksanakan oleh Tim Pengabdian Fakultas Pertanian,  Universitas Bengkulu di Desa Tangsi Duren, Kecamatan Kabawetan- Kabuapten Kepahiang  yang dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada warga desa jatiadi dalam hal ini pada kelompok-kelompok tani yang ada di Desa  Tangsi Duren.

PROGRAM DAN MATERI PELATIHAN

Hasil Aktivitas

Kegiatan PPM ini telah berlangsung dengan baik.  Penyuluhan Pertanian Organik dan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik dan Eco enzym dilakukan pada hari Jumat,  tanggal 3 Oktober 2025.  Tim pelaksana bersama masyarakat telah melukakan kegiatan pelatihan dan diskusi atau tanya jawab dengan peserta. Semua materi disampaikan dengan menggunakan slide presentasi. Pada sesi pertama disampaikan materi tentang pentingnya Pertanian Organik  baik bagi petani sendiri maupun konsumen di pasar hasil pertanian tersebut. Selain itu juga dipaparkan cara pemanfaatan rerumputan sebagai bahan pembuatan Pupuk Organik dan Eco Enzym.

Gambar 1.  Penyampaian Materi Tentang Pembuatan Pupuk Organik

Pada sesi kedua dari pelatihan ini disampaikan materi tentang Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik. Materi diawali dengan penjelasan tentang sejarah Pupuk Organik.

Gambar 2. Peserta dan Pemateri pelatihan Pemanfaatan Pupuk Organik

Di dalam pupuk Organik ini terdapat Elisitor biologi tanaman yang merupakan molekul ekstrinsik atau asing yang sering dengan hama tanaman, penyakit, atau organisme sinergis.   Molekul elisitor   dapat menempel pada reseptor protein khusus yang terletak pada membran sel tumbuhan, mikroorganisme nekrotrofik, contohnya adalah kitosan yang terdapat pada serangga, jamur dan cangkang krustasea. Kitosan digunakan dalam pertanian sebagai agen biokontrol alami, untuk meningkatkan kesehatan tanaman dan meningkatkan hasil panen, peningkatan sintesis metabolit dapat mengurangi kerusakan dan meningkatkan ketahanan terhadap hama, penyakit atau tekanan lingkungan.  Ini adalah respon imun yang dikenal sebagai Pola Trigger Immunity atau PTI.  PTI efektif melawan mikroorganisme nekrotrofik (Leiss, K.A, et al. 2016).

Pupuk Organik ini menggunakan Tanaman elisitor, yaitu suatu tanaman yang mengandung senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi dan akumulasi fitoaleksin, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen yang terkait dengan biosintesis metabolit sekunder. Elisitor   dapat menginduksi resistensi tumbuhan (Namdeo, A.G. 2007).  Elisitor  (Biosaka)  diramu dari berbagai jenis rumput-rumputan/tanaman. Menurut penemunya, Muhamad Ansar, minimal lima jenis tanaman  sebanyak satu genggaman tangan.  Tanaman yang digunakan lebih banyak memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar areal sawah/ladang. Dan tidak jarang, tanaman yang digunakan tersebut biasanya oleh sebagian besar petani dianggap sebagai gulma yang harus dibersihkan/tidak bermanfaat. Tanaman tersebut tumbuh di pematang, pekarangan rumah, lahan yang terlantar dan apabila sudah dibersihkan, sehingga tanaman tersebut dikembalikan lagi pada lokasi tersebut (Rachmat, 2022). 

Beberapa jenis tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan elisator antara lain: babadotan (Ageratum conyzoides L), tutup bumi (Elephantopus mollis Kunth), Kitolod (Hippobroma longiflora), maman ungu (Cleome rutidosperma), Patikan kebo (Euphorbia hirta L), Meniran (Phyllanthus niruri L), anting-anting  (Acalypha australis. L), jelantir (Erigeron sumatrensis Retz), sembung (Baccharis balsamifera L.), sembung rambat (Eupatorium denticulatum Vahl) dan sebagainya. Jenis tanaman ini dipilih yang sehat, tidak terkena hama dan penyakit. Minimal 5 jenis tanaman yang diambil, lebih banyak lebih bagus. Sebanyak satu genggaman tangan kemudian diremas dalam air 2-5 liter air. Hasil remasan tersebut, dimana air menyatu dengan saripati tanaman (homogen). Setelah itu bisa langsung diaplikasikan, dan sisanya bisa disimpan untuk aplikasi berikutnya (Sumardiyono,  Y.B. dan S. Martoso. 2001). 

Apabila kita kaji lebih mendalam, tanaman yang selama ini disebut gulma, ternyata memiliki banyak manfaatnya, bukan saja untuk tanaman tetapi juga bagi kesehatan manusia. Tanaman tersebut memiliki kandungan senyawa fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, tanin, fenolik dan kuinon. Oleh karena itu,  jika tanaman tersebut dikombinasikan dalam pembuatan biosaka, tentu saja dalam ramuan biosaka akan terdapat kandungan senyawa fitokimia tersebut. Kandungan senyawa fitokimia dalam biosaka terkonfirmasi dengan dari sampel biosaka yang diuji di salah satu laboratorium Liquid Chromatography Mass Spectrofotometry (LCMS) (Priyono dan Aprianthina, 2022). 

Cara Membuatnya

Rumput dan daun terseleksi dimasukkan ke dalam ember yang telah berisi air, untuk satu genggam sedang rumput dibutuhkan air sekitar 5-10 liter air untuk ukuran satu genggam besar bisa digunakan air 10-20 liter air.  Rumput diremas pelan memutar dan diselingi dengan adukan agar homogen.peremasan pelan dilaksanakan sekitar 10-15 menit, setelah itu dilakukan penekanan lebih kuat, sambal terus diselingi dengan pengadukan.  Peremasan dihentikan bila warna telah coklat gelap homogen, sedikit berbusa.  Menurut ahlinya peremasan membutuhkan waktu 30-60 menit tergantung jenis rumput dan sedikit-banyaknya bahan.  Pengalaman penulis bahan bisa langsung diperas secara segar dari lapang, tetapi lebih bagus dilayukan 24-48 jam bisar agak layu, sambal diseleksi lagi, yang tidak kering dan rusak.

Gambar 3. Bahan dipilih dari bahan rumput dan daun liar dilapangan yang sehat, segar tidak terserang hama dan penyakit

Tahap terakhir dari kegitan pengabdian masyarakat ini adalah melaksanakan evaluasi dan monitoring secara intensif dan berkelanjutan. Supaya kegiatan di desa ini berkelanjutan setalah diadakan pelatihan maka dilakukanlah kegiatan pendampingan. Kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi mereka supaya ilmu lmu yang telah diperoleh ketika pelatihan dapat diterapkan dan kegiatan di desa dapat hidup kembali.

Gambar  4.  Peremasan daun di dalam ember dengan posisi daun terendam air saat peremasan,sekali diremas, sekali dilakukan pengadukan (Pertiwi, 2022)

Diskusi dan Penyelesaian Masalah

Dari kegiatan yang telah dilakukan, secara umum peserta sangat antusias dalam mengikuti setiap sesi acara.  Hal tersebut terlihat dari partisipasi selama acara. Beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan pelatihan adalah  apakah materi kegiatan pembuatan biosaka disampaikan dengan baik dan jelas, apakah materi kegiatan pembuatan biosaka mudah dipahami, apakah contoh kasus yang disampaikan sesuai dengan kondisi lapangan. Selain itu kepada peserta juga disurvei apakah mereka akan mendukung dan berpartisipasi aktif dalam mengembangkan pertanian organik di Desa Tangsi Duren. Dari jawaban peserta semuanya (100 persen) menyatakan mereka siap untuk mendukung serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan mengembangkan pertanian organik dengan penerapan sprodi organik. Jawaban kesiapan peserta dalam mendukung program mengembangkan pertanian organik dengan biosaka ini menjadi modal besar untuk pengembangan pertanian berkelanjutan selanjutnya. Kemudian ditanyakan juga apakah mereka yakin kegiatan mengembangkan pertanian organik akan menekan biaya produksi dan meningkatkan hasil produksi sekaligus menamabah pendapatan petani. Dari jawaban mereka masih ada 25 persen yang ragu ragu. Termasuk ketika dimintakan pendapat mereka tentang apakah hasil pertanian organik mudah dipasarkan. Para peserta masih ada keraguan sekitar 50 persen dan yang setuju dan sangat setuju 50 persen.  Dari hasil kuisioner tersebut maka tim pengabdian telah memfasiltasi untuk melakukan kerjasama dengan Kelompok Peduli Lingkungan (KPL) Humus Rekayara Rejang D’compos (HRRD) Kepahiang. Sehingga dengan adanya pembinaan KPL HRRD tersebut memberikan keyakinan kepada petani  untuk kembali giat dalam berusahatani Organik. Selain pembinaan dari dunia pertanian KPL HRRD juga sudah menyatakan kesiapan mereka untuk membantu petani di Desa Tangsi Duren ini dalam hal pemasaran produk dan kebijakan-kebijakan lainnya.

Kesimpulan Dan Saran

Dari kegiatan pengabdian yang telah dilakukan mulai dari observasi sampai dengan kegiatan pelaksanaan dan pendampingan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

  1. Kegiatan telah berhasil dilaksanakan dengan baik yang terlihat dari antusias para peserta pelatihan
  2. Penerapan Pupuk Dan Pestisida organik sangat diperlukan oleh petani karena selama ini mereka terkendala oleh mahalnya harga pupuk Anorganik (kimia) dan pestisida Kimia,  hal-hal demikian bisa menurunkan pendapatan Petani.
  3. Kegiatan pendampingan sekaligus pembinaan perlu tetap dilakukan untuk menjaga kesinambungan dari petani untuk mengembangkan pertanian organik

Peran dunia usaha lewat LSM, KPL  dan Pemerintah sangat diperlukan untuk pengembangan pertanian organik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *